Social commerce adalah strategi untuk memasarkan dan menjual produk Anda melalui platform media sosial.
Sekarang ini, media sosial adalah saluran terpenting untuk strategi marketing toko.
Penelitian menunjukkan bahwa ada 5.22 milyar pengguna media sosial secara global per Oktober 2024. Jumlah ini mencapai 64% dari jumlah total populasi.
Selain itu, social commerce juga diperkirakan akan tumbuh tiga kali lebih cepat daripada e-commerce. Tapi, apa sebenarnya perbedaan antara keduanya?
Pada artikel ini, kami akan membahas pengertian social commerce dan ecommerce, persamaan, serta perbedaan di antara keduanya.
Apa itu Social Commerce dan Ecommerce?
Social commerce adalah bagian dari ecommerce yang melibatkan penjualan produk langsung melalui platform media sosial.
Di media sosial, bisnis dapat menciptakan awareness dan menciptakan pengalaman belanja yang lengkap dalam satu ekosistem.
Social commerce memanfaatkan basis pengguna di platform seperti Facebook, Instagram, dan Pinterest. Karena itu, influencer sangat berperan penting di sini,
Mereka bisa membantu mempromosikan produk di saluran sosial. Sementara itu, metode live streaming juga semakin populer, terutama di pasar seperti Tiongkok.
Selain itu, user-generated content seperti ulasan dan video unboxing juga sangat penting karena membantu meningkatkan kepercayaan dan keterlibatan pelanggan.
Lalu, bagaimana dengan ecommerce?
Definisi ecommerce
Ecommerce adalah proses jual beli barang atau jasa melalui internet. Ecommerce telah merevolusi cara bisnis beroperasi, menghilangkan batas geografis, dan memungkinkan transaksi berlangsung 24/7.
Dengan ecommerce, pengalaman belanja menjadi lebih nyaman, cepat, dan sering kali lebih hemat biaya.
Selain itu, bisnis juga bisa menjangkau audiens secara global tanpa harus hadir secara fisik. Ditambah lagi, toko online dapat mengumpulkan data untuk mempersonalisasi pengalaman belanja.
Konsep ecommerce bermula pada tahun 1960-an dengan Electronic Data Interchange (EDI) yang menggantikan metode pengiriman dokumen melalui pos dan faks.
Kemudian, pada tahun 1990-an, muncullah marketplace online seperti eBay dan Amazon yang semakin mempercepat pertumbuhan eCommerce.
Kemajuan dalam sistem pembayaran dan teknologi mobile baru-baru ini semakin mendorong perkembangan eCommerce dan penjualan online.
Baca Juga: 10 Strategi Pemasaran Produk untuk Bisnis Anda dan Contohnya
Contoh Platform Social Commerce
Instagram Shopping memungkinkan Anda memanfaatkan berbagai format media yang kaya dan beragam untuk menjual produk melalui platform ini.
Di Instagram, Anda bisa:
- Menyesuaikan tampilan toko untuk menjual dan menampilkan merek Anda.
- Mengkurasi produk ke dalam berbagai kategori seperti tren musiman atau produk terbaru.
- Menampilkan harga, deskripsi, dan konten di Halaman Detail Produk.
- Memungkinkan pembelian langsung dalam aplikasi dengan Instagram Checkout.
- Menyoroti produk di Feed, Stories, Reels, dan bio profil menggunakan Product Tags.
- Meningkatkan postingan belanja dengan iklan yang menyertakan Product Tags.
- Mengelola pengaturan toko dan katalog produk melalui Commerce Manager.
- Berkolaborasi dengan kreator untuk mempromosikan produk.
- Mengakses panduan, studi kasus, dan acara.
Salah satu keunggulan Instagram adalah kemampuannya menggabungkan berbagai format konten untuk memaksimalkan jangkauan dan dampaknya.
Misalnya, Anda dapat membagikan postingan gambar dengan Product Tags di Stories atau di Instagram Guides.
Contoh lainnya adalah mengubah video live menjadi video berdurasi panjang yang tetap bertahan di profil Anda.
Dengan cara ini, konten yang berfokus pada produk bisa bertahan lebih lama dan tetap menghasilkan penjualan setelah diposting.
Baca juga: 12 Cara Menggunakan Social Proof dalam Marketing
Di Pinterest, Anda bisa mengunggah katalog produk. Jika ingin menampilkan produk berbeda di pasar yang berbeda, Anda dapat mengunggah beberapa feed ke dalam satu akun.
Setelah itu, Anda bisa menambahkan Pinterest tag ke situs web untuk mengukur konversi dari Pinterest dan mengoptimalkan iklan.
Anda bisa mengajukan permohonan untuk Verified Merchant Program Pinterest, yang memberi Anda lencana Verified Merchant eksklusif, tab Shop di profil, serta menyematkan produk Anda.
Baca Juga: Marketplace Adalah: Pengertian, Jenis, dan Contohnya
Setelah memiliki halaman Facebook, Anda dapat membuat Facebook Shop dan menambahkan produk ke dalamnya.
Pengguna dapat menemukan toko dan produk Anda melalui Product Tags di Stories dan iklan.
Di Facebook Shop, mereka bisa menjelajahi koleksi produk, melihat deskripsi produk, menyimpan produk ke wishlist, melakukan pemesanan, serta menghubungi Anda terkait produk tertentu.
Baca Juga: Digital Marketing: Pengertian, Jenis, dan Strateginya
TikTok

TikTok adalah platform media sosial terbaru yang menerapkan fitur social commerce bagi penjual.
Di wilayah yang mendukung TikTok Shop (seperti Inggris), penjual dapat mendaftar hanya dengan nomor telepon atau email, tanpa memerlukan jumlah pengikut tertentu.
Lalu, penjual akan mendapatkan keuntungan seperti komisi lebih rendah, tanpa biaya listing produk, dan dukungan langsung dari TikTok Shop Experts.
Anda bisa membuat acara live shopping di mana penonton membeli secara real-time, atau menyematkan produk langsung ke dalam video pendek sehingga pembeli dapat membeli tanpa meninggalkan aplikasi.
Setelah mencapai milestone penjualan tertentu, TikTok akan menghubungkan Anda dengan account manager khusus untuk mendapatkan bimbingan.
TikTok juga memungkinkan Anda menjalankan iklan yang menargetkan demografi, lokasi, dan perilaku pelanggan sesuai kebutuhan.
Baca juga: Marketplace Adalah: Pengertian, Jenis, dan Contohnya
YouTube
YouTube menjadi saluran social commerce berkat fitur seperti YouTube Shopping, Product Tagging, dan acara live shopping.
Kreator yang memenuhi syarat dapat menghubungkan toko mereka langsung ke YouTube. YouTube juga menawarkan berbagai alat untuk mempromosikan produk, termasuk:
- Menandai produk dalam video, Shorts, dan live streaming.
- Menampilkan produk di toko khusus dalam channel.
- Menambahkan produk ke deskripsi video.
- Menampilkan rak produk langsung di bawah setiap konten.
Misalnya, jika Anda seorang retailer fashion, Anda bisa menampilkan daftar produk pilihan di bawah video haul terbaru Anda.
Atau jika Anda seorang beauty influencer, Anda bisa menandai produk dari toko Anda sehingga penonton bisa membeli tanpa meninggalkan YouTube.
Produk-produk ini dapat muncul dalam tombol Shopping khusus, memudahkan calon pembeli untuk menjelajahi detail produk seperti warna atau ukuran.
Baca Juga: Pengertian Brand Awareness dan Strategi Membangunnya
Persamaan Social Commerce dan Ecommerce
Banyak pakar industri menganggap social commerce sebagai bagian dari ecommerce karena melibatkan penjualan produk secara online tetapi melalui platform media sosial.
Dan memang, ada banyak kesamaan antara social commerce dan ecommerce, termasuk dalam ciri-ciri, kelebihan, dan kekurangannya.
Karakteristik
Berikut adalah beberapa persamaan karakteristik antara e-commerce dan social commerce:
- Terjadi di digital storefront: Baik social commerce maupun ecommerce terjadi di digital storefront di mana bisnis bisa menaruh produk dengan cara yang menarik secara visual, dan konsumen bisa berbelanja dari storefront yang sama.
- Product listing: Product listing adalah deskripsi atau portofolio produk dengan detail yang membantu konsumen membuat keputusan bisnis yang lebih terinformasi.
Kelebihan
Berikut adalah beberapa persamaan dalam kelebihan yang dimiliki social commerce dan ecommerce:
- Metode komunikasi yang modern: Membantu bisnis menemui pelanggan di tempat mereka secara online. Pelanggan mencari saluran komunikasi modern dan tepercaya dengan merek yang dapat mereka hubungkan dan percayai.
- Lebih terjangkau: Tidak seperti toko ritel fisik, ecommerce dan social commerce memerlukan biaya yang lebih terjangkau karena Anda tidak perlu membayar sewa dan perlengkapan toko fisik. Namun, Anda tetap harus membayar hosting situs web (toko ecommerce), inventaris, karyawan, dan lainnya. Di sisi lain, membuat toko di Facebook atau Instagram gratis.
- Tersedia 24/7: Toko online selalu buka untuk bisnis, yang berarti potensi pendapatan 24/7. Selain itu, toko ecommerce memungkinkan Anda menarik pelanggan yang mungkin memiliki jadwal kerja tidak teratur atau tidak punya waktu untuk berbelanja secara langsung.
- Skalabilitas: Anda tidak perlu menabung untuk membuka toko fisik lainnya, karena membuka dan mengembangkan toko online lebih mudah dan lebih murah. Memiliki toko yang berkembang seiring bisnis Anda bertumbuh dan sangat penting untuk menghemat biaya.
- Penjualan internasional: Dengan ecommerce dan social commerce, Anda bisa menjual produk Anda ke ke seluruh dunia. Hal ini membantu Anda membangun merek lebih cepat, memperluas pasar secara signifikan, dan memungkinkan Anda memperoleh lebih banyak keuntungan.
- Data & wawasan pelanggan: Data adalah segalanya. Baik situs ecommerce maupun platform media sosial memiliki sistem pelacakan dan analitik. Anda bisa menggunakan data-data ini untuk mempelajari lebih lanjut tentang pelanggan, asal mereka, dan produk yang mereka minati.

Kekurangan
Ecommerce dan social commerce juga memiliki beberapa persamaan dalam kekurangan:
- Gangguan atau masalah teknis lainnya: Tidak ada yang bisa membeli saat situs web atau media sosial mengalami gangguan. Dengan ecommerce, Anda dapat mencegah masalah ini dengan memiliki situs yang stabil dan dapat diskalakan untuk menangani lonjakan permintaan. Sayangnya, untuk Instagram atau Facebook, Anda tidak bisa berbuat banyak.
- Keamanan & keselamatan: Seiring meningkatnya belanja online, serangan siber juga meningkat. Pemilik bisnis ecommerce memiliki keuntungan karena mitra teknologi yang tepat dapat memberikan perlindungan penipuan secara real-time dan menawarkan keamanan berdasarkan standar. Namun dengan media sosial, Anda harus lebih berhati-hati terhadap pencurian identitas.
- Waktu pengiriman yang lama: Pelanggan menganggap waktu pengiriman sebagai salah satu kelemahan terbesar dari ecommerce dan social commerce.
Baca Juga: Digital Marketing: Pengertian, Jenis, dan Strateginya
Perbedaan Social Commerce dan Ecommerce
Namun, ada juga ahli seperti Hootsuite yang berpendapat bahwa social commerce bukanlah ecommerce, dan kita harus membedakannya.
Meskipun batas antara keduanya sering kali kabur, ada beberapa perbedaan antara social commerce dan ecommerce:
- Media online yang berbeda: Perbedaan utama adalah saluran online yang digunakan. Ecommerce menggunakan situs web atau aplikasi khusus dari sebuah merek. Social commerce, sesuai definisinya, memungkinkan pelanggan melakukan pembelian langsung di media sosial.
- Kontrol & keterbatasan: Sebagai pemilik bisnis, Anda memiliki situs web ecommerce sendiri dan bisa mengendalikan seluruh kontennya. Namun, dalam media sosial, Anda harus mengikuti aturan dan regulasi platform terkait konten yang Anda buat di sana.
- Interaktivitas: Social commerce jauh lebih interaktif dibandingkan ecommerce. Pelanggan dapat dengan mudah berkonsultasi dengan teman dan keluarga mengenai pembelian mereka. Karena itu, social commerce bisa menjadi alternatif terbaik bagi mereka yang merindukan aspek sosial dari pengalaman berbelanja.
- Customer journey: Di social commerce, pembeli bisa mudah menemukan produk yang menarik dari merek yang mungkin belum pernah mereka dengar sebelumnya. Setelah itu, mereka dapat membeli produk secara langsung. Namun untuk menemukan suatu ecommerce, prosesnya tidak semudah itu karena harus mengandalkan SEO yang baik.
- Tingkat pengabaian keranjang belanja: Toko di media sosial menghilangkan hambatan dalam perjalanan konsumen. Sehingga begitu menemukan produk, pembeli bisa langsung berbelanja. Karena itu, social commerce lebih unggul dalam mengurangi kemungkinan pembeli meninggalkan transaksi.
- Persaingan: Meskipun social commerce adalah tren yang berkembang, konsep ini masih relatif baru, sehingga persaingan di dalamnya lebih rendah dibandingkan dengan ecommerce.
- Influencer marketing: Lebih mudah memanfaatkan micro dan macroinfluencer dalam social commerce, karena platform tersebut lebih interaktif. Influencer di media sosial berperan penting dalam menciptakan pengalaman belanja sosial yang mulus melalui live social shopping, affiliate marketing, dan rekomendasi produk yang autentik.
Baca Juga: 7 Channel Digital Marketing, Kelebihan, Kekurangan, Dan Tips Memilihnya
Regulasi Social Commerce di Indonesia

Pemerintah Indonesia, melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 31 Tahun 2023, menetapkan bahwa platform media sosial tidak boleh berfungsi sekaligus sebagai e-commerce atau platform jual beli.
Ini berarti, social commerce memiliki batasan praktiknya di Indonesia. Misalnya, aplikasi seperti TikTok tidak bisa langsung berjualan dalam platform mereka.
TikTok Shop baru bisa beroperasi kembali setelah terintegrasi di Tokopedia.
Social commerce tidak dilarang, asalkan social commerce tidak menjadi produsen sekaligus dan transaksi terjadi di aplikasi berbeda.
Selain itu, bisnis masih diperbolehkan untuk memasarkan produknya melalui media sosial.
Baca Juga: Mengenal Marketing 4P: Definisi dan Contoh Penerapannya
Kesimpulan
Baik social commerce maupun ecommerce sama-sama merupakan cara yang ampuh untuk menjual produk Anda, dan keduanya memerlukan strategi digital marketing yang sesuai juga.
Hanya saja, penggunaan social commerce di Indonesia memang lebih terbatas. Namun, Anda tetap bisa memanfaatkan media sosial sebagai saluran pemasaran yang jitu.
Untuk mendukung upaya pemasaran Anda, gunakanlah aplikasi CRM.ID. CRM.ID adalah mitra resmi WhatsApp Business API yang menyediakan fitur WA blast, manajemen pelanggan, dan integrasi REST API.
Selain itu, cukup dengan Rp40 per pesan saja, Anda sudah bisa mengirim pesan tanpa batasan jumlah, kontak, dan agen.
Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, jadwalkan demo CRM.ID melalui tautan ini!
- Mengapa Bisnis Tidak Boleh Mengirim Spam WhatsApp? - 17 April 2025
- 8 Strategi Layanan After Sales Terbaik untuk Pelanggan - 17 April 2025
- 10 Cara Mempromosikan Produk Anda di Tahun 2025 - 15 April 2025